widgeo.net

Saturday, February 14, 2015

Super Camp '9

“Maksimalkan Ikhtiar dan Doa Raih Prestasi Gemilang” 

Pada hari Rabu dan Kamis tanggal 11 dan 12 Februari 2015, siswa-siswi kelas 6 SDIT Buah Hati mengadakan kegiatan pembelajaran di luar kelas yang disebut dengan Super Camp ‘9. 

Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, memotivasi siswa dalam menghadapi ujian, dan melatih siswa untuk hidup mandiri dan disiplin, serta dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. 

Kegiatan ini diikuti seluruh siswa kelas 6 yang terdiri dari 3 kelas yaitu kelas 6 Usamah, 6 Ja’far, dan 6 Hudzaifah. 

 Adapun kegiatan yang dilakukan adalah : 
1. Pembukaan yang dipimpin oleh Bapak Tohir, SEI sebagai Wakil  Kepala Sekolah 
2. Training Motivasi
3. Kegiatan Games Edukasi
4. Muhasabah 
5. Senam Pagi 
6. Kegiatan Games Out Bound 
7. Renang 
8. Penutupan yang dipimpin oleh Bapak Iwan Marwazie, S.Ag sebagai Kepala Sekolah 

Semoga kegiatan ini membawa banyak manfaat dan kesan yang mendalam bagi para siswa, guru, segenap panitia, dan pengisi acara, karena kegiatan ini adalah kegiatan akhir menjelang pelaksanaan ujian nasional di SDIT Buah Hati. 

Semoga menjadi kenangan terindah dan tak terlupakan... 


Tuesday, February 3, 2015

Profesionalisme dan Implementasi Kurikulum




 
BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang

     Guru merupakan komponen pendidikan yang sangat berperan penting dalam kegiatan belajar mengajar. Kompetensi guru merupakan seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada dalam diri guru, agar dapat mewujudkan kinerja secara tepat dan efektif.
Interaksi antara guru dengan siswa pada dasarnya untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang ada. Pendidik sebagai tenaga yang profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan, dan sekaligus digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses belajar mengajar pada berbagai jenis dan tingkat sekolah. Kurikulum haruslah dinamis dan terus berkembang untuk menyesuaikan berbagai perkembangan yang terjadi pada masyarakat dunia dan haruslah menetapkan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan.

B.    Rumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis merumuskan permasalahan yang mengangkat:
1.   Hal apa saja yang dilakukan secara profesional dalam mengimplementasikan pengembangan  kurikulum yang ada di sekolah?
2.   Bagaimana cara seseorang bersikap dengan menggunakan prinsip- prinsip profesionalisme dalam mengimplementasikan kurikulum kepada peserta didik?



BAB II
PEMBAHASAN


A.  Pengertian Profesionalisme dan Kurikulum
           
      Pengertian Profesionalisme
      Philips (1991:43) memberikan definisi profesionalisme sebagai individu yang bekerja sesuai dengan standar moral dan etika yang ditentukan oleh pekerjaan tersebut.

Dari Wikipedia, Profesionalisme ialah sifat-sifat (kemampuan, kemahiran, cara pelaksanaan sesuatu dan lain-lain) sebagaimana yang sewajarnya terdapat pada atau dilakukan oleh seorang profesional.

Jadi Profesionalisme adalah komitmen para profesional terhadap profesinya. Komitmen tersebut ditunjukkan dengan kebanggaan dirinya sebagai tenaga  profesional, usaha terus-menerus untuk mengembangkan kemampuan profesional, dan seterusnya. Profesionalisme merupakan komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuannya secara terus menerus.

Kualitas profesionalisme didukung oleh ciri-ciri sebagai berikut:
1.          Keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang mendekati piawai ideal.
2.         Seseorang yang memiliki profesionalisme tinggi akan selalu berusaha mewujudkan dirinya sesuai dengan piawai yang telah ditetapkan. Ia akan mengidentifikasi dirinya kepada seseorang yang dipandang memiliki kepiawaian tersebut. Yang dimaksud dengan “piawai ideal” ialah suatu  perangkat perilaku yang dipandang paling sempurna dan dijadikan sebagai rujukan.
3.         Meningkatkan dan memelihara imej profesi. Profesionalisme yang tinggi ditunjukkan oleh besarnya keinginan untuk selalu meningkatkan dan memelihara imej profesi melalui perwujudan perilaku profesional. Perwujudannya dilakukan melalui berbagai cara misalnya penampilan, cara percakapan, penggunaan bahasa, sikap tubuh, sikap hidup harian, hubungan dengan individu lainnya.
4.         Keinginan untuk senantiasa mengejar kesempatan pengembangan profesional yang dapat meningkatkan dan memperbaiki kualitas pengetahuan dan keterampilannya.
5.         Mengejar kualitas dan cita-cita dalam profesinya.
6.         Profesionalisme ditandai dengan kualitas standar rasa bangga akan profesi yang dipegangnya. Dalam hal ini diharapkan agar seseorang itu memiliki rasa bangga dan percaya diri akan  profesinya.

Pengertian Kurikulum
Menurut Kerr, J.F/1968
Kurikulum adalah semua pembelajaran yang dirancang dan juga dilaksanakan dengan cara individual atau bisa juga dengan cara berkelompok, baik itu di luar sekolah maupun di dalam sekolah sekaligus.

Menurut Beauchamp/1968
Kurikulum adalah dokumen tertulis yang kandungannya berisi mata pelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didik dengan melalui berbagai mata pelajaran, pilihan disiplin ilmu, rumusan masalah di dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 dan peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 menetapkan Pengertian kurikulum sebagai "Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”
Dengan kata lain Kurikulum adalah seperangkat rencana pengajaran yang digunakan guru sebagai pedoman dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan.

B. Implementasi Kurikulum
Dalam pengimplementasian kurikulum diperlukan komitmen semua pihak yang terlibat, seperti dukungan kepala sekolah, guru, dan dukungan internal dalam kelas. Peran guru dalam implementasi kurikulum di sekolah sangat menentukan sekali. Bagaimana pun baiknya sarana dan prasarana pendidikan, jika guru tidak melaksanakan tugasnya dengan baik maka implementasi kurikulum tidak akan berhasil secara maksimal. Salah satu bentuk implementasi kurikulum adalah pelaksanaan pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran mengacu pada program pembelajaran yang disusun oleh guru, di antaranya dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Komponen RPP harus mencakup perencanaan seluruh kegiatan pelaksanaan pembelajaran berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Oemar Hamalik, mengatakan bahwa implementasi kurikulum mencakup tiga kegiatan pokok, yaitu pengembangan program, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi. Pengembangan program mencakup program pembelajaran, program bimbingan dan konseling atau remedial. Pelaksanaan pembelajaran meliputi proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku yang lebih baik. Sementara evaluasi adalah proses penilaian yang dilakukan sepanjang pelaksanaan kurikulum.
          Sejak tahun 2013 Sistem Pendidikan Nasional menggunakan Kurikulum 2013 sebagai kelanjutan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Secara umum Kurikulum 2013 memiliki beberapa kelebihan, di antaranya memberikan keleluasan kepada stake holder sekolah/madrasah untuk meningkatkan kreativitasnya, termasuk guru. Keleluasaan tersebut tentunya memberikan peluang bagi guru untuk menciptakan proses pembelajaran yang lebih menarik. Peluang ini belum sepenuhnya dimanfaatkan guru. Guru masih terjebak dalam keasyikan menggunakan metode lama, salah satu yang paling populer adalah metode ceramah. Hal ini tentunya berimplikasi terhadap proses pembelajaran yang monoton dan cenderung kurang menarik, karena bersifat teoritis dan tidak menyentuh aspek pembentukan pribadi dan akhlak. Demikian pula dengan pendekatan pembelajaran yang lebih menekankan pada penguasaan aspek kognitif seperti hafalan dan pengetahuan. Sementara afektif dan psikomotorik siswa jarang tersentuh, akibatnya pembelajaran jadi kurang bermakna. Padahal agama adalah akhlak yang berkaitan dengan sikap, perkataan, dan perilaku keseharian.

C.       Pendekatan Dalam Implementasi Kurikulum
Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam implementasi kurikulum  dapat digunakan dua model pendekatan, yaitu pendekatan makro dan mikro.
1)       Pendekatan Makro
Model pendekatan makro berupaya untuk menghadirkan proses pembelajaran pendidikan yang dapat memberikan nuansa yang berbeda dan harapan kolektif semua pihak, baik sekolah maupun madrasah. Langkah-langkah yang harus ditempuh sebagai berikut:
a)        Merancang program pembelajaran
Program pembelajaran yang unggul merupakan bagian dari prinsip, strategi dan tujuan  implementasi kurikulum. Melalui pembelajaran yang unggul, pelaksanaan pendidikan akan tampak sebagai nilai plus guna melahirkan lulusan terbaik. Pendidikan dilaksanakan dengan model-model pembelajaran yang mudah dipahami, dihayati dan dilaksanakan oleh peserta didik.
b)   Merumuskan tujuan kurikulum
Untuk mencapai kualitas penerapan kurikulum , dibutuhkan mindset  baru yang memandang memiliki cakupan yang luas meliputi semua aspek kehidupan manusia. Formulasi dapat dituangkan dalam konten dan tujuan di sekolah.
c)    Menciptakan sumber belajar
Sumber belajar dapat memanfaatkan lingkungan, fenomena dan kejadian alam atau sosial yang nyata dan kontekstual sebagai materi pendidikan. Dengan memanfaatkan konteks dan fenomena yang nyata, siswa dapat dengan mudah mengaplikasikan pengetahuannya secara nyata dalam kehidupan.

2)      Pendekatan Mikro
yaitu suatu tahapan secara praktis dan sistematis yang memperhatikan situasi dan kondisi sumber daya dukung lembaga pendidikan. Melalui pendekatan mikro ini dimaksudkan agar tujuan implementasi kurikulum pendidikan di sekolah atau madrasah dapat tercapai secara terukur dan berhasil secara maksimal. Pendekatan ini meliputi pengembangan materi, peran guru dan siswa dalam interaksi pembelajaran.

Selanjutnya bahwa untuk mengimplementasikan kurikulum pendidikan yang baik harus memperhatikan empat pilar belajar menurut Unesco, yaitu
Learning to know, Learning to do, Learning to live together, dan Learning to be.
Keempat pilar itu menyangkut proses bagaimana peserta didik memperoleh kemampuan belajar; melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir; melatih dan mengembangkan kemampuan memecahkan masalah; dan pusat pembudayaan nilai, sikap dan kemampuan.
Untuk mencapai kompetensi yang diharapkan dalam pembelajaran sesuai tujuan yang ditetapkan diperlukan pembelajaran yang efektif dan bermakna, sebab selama ini proses pembelajaran dirasakan belum memiliki makna yang berarti kepada peserta didik.
Ada beberapa metode dan strategi pembelajaran yang bisa diterapkan dalam proses pembelajaran di sekolah atau madarasah di antaranya: 
v  Student Centered Instruction
yaitu pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, seperti diskusi dalam berbagai variasi, demonstrasi dan games. Dituntut peran aktif siswa, dan guru sebagai fasilitator.
v  Collaborative Learning
yaitu pembelajaran aktif di mana siswa dan guru berkolaborasi atau dengan warga sekolah lainnya.

v  Cooperative Learning
yaitu proses pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik terlibat langsung dalam pembelajaran secara berkelompok dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru.

v  Self Discovery Learning
yaitu belajar melalui penemuan mereka sendiri, melalui observasi dan pengamatan terhadap masalah yang harus mereka pecahkan.

v  Quantum Learning
yaitu strategi pembelajaran yang melibatkan seluruh komponen diri siswa, dengan pendekatan individu dan kelompok.

v  Contextual Teaching and Learning (CTL)
yaitu strategi yang digunakan untuk membantu peserta didik untuk memahami makna dan materi pelajaran dengan mengaitkan mata pelajaran tersebut dengan konteks kehidupan mereka.
Selain dengan pemilihan dan penggunaan strategi pembelajaran yang tepat sebagai implementasi kurikulum, ada beberapa hal terkait dengan implementasi tersebut, yaitu :
§  Keteladanan, merupakan upaya kongkrit dalam menanamkan nilai-nilai luhur pendidikan  kepada peserta didik. Secara psikologis anak memang senang meniru; tidak saja yang baik, tetapi juga yang tidak baik. Perilaku yang ditiru siswa akan terus melekat sehingga akan menjadi karakter dalam dirinya. Mengingat pentingnya keteladanan, maka menurut Zakiah Darajat menyebutkan untuk menjadi seorang guru harus memenuhi syarat: bertakwa kepada  Allah, berilmu, sehat jasmani dan rohani, dan berkelakuan baik. Guru harus menjadi teladan bagi siswa dan lingkungannya.
§  Peranan Keluarga dan Masyarakat, tugas pendidikan bukanlah sepenuhnya tanggung jawab sekolah/madrasah dalam hal ini guru , akan tetapi juga menjadi tanggung jawab keluarga dan lingkungan masyarakat. Tidak sedikit anak yang mendapat pendidikan yang baik di sekolah, tetapi karena di rumah atau lingkungannya tidak pernah ditanamkan nilai-nilai  yang baik, maka anak tersebut menjadi rusak. Oleh karena itu peranan keluarga dan masyarakat terhadap penanaman nilai-nilai pendidikan terhadap anak sangat dibutuhkan.
§  Pentingnya Evaluasi, evaluasi bukan hanya dilakukan di sekolah/madrasah secara formal baik formatif maupun sumatif. Lebih dari itu, evaluasi yang dilakukan oleh lingkungan sosial masyarakat sangatlah penting. Jika di sekolah siswa dinilai lebih pada nilai akademis, namun di masyarakat, siswa dinilai akan kesalehan pribadinya yang tercermin dari sikap dan perilakunya (akhlaq).

BAB III
PENUTUP

1.             Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, sebagai penutup dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1.     Kurikulum Pendidikan dijabarkan sebagai pedoman yang digunakan oleh pendidik untuk membimbing peserta didik ke arah  tujuan Pendidikan Nasional secara umum melalui akumulasi sejumlah pengetahuan, keterampilan dan sikap secara sistematis.
2. Implementasi Kurikulum diwujudkan dalam bentuk proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang dilakukan selama ini masih menemui banyak kendala, di antaranya guru masih menggunakan strategi dan metode yang konvensional, sehingga pembelajaran terkesan monoton, dan kurang bermakna.
3.   Beberapa pendekatan agar implementasi kurikulum menjadi maksimal, dapat diterapkan di antaranya dengan pendekatan makro dan mikro dengan melibatkan seluruh stake holder sekolah atau madrasah.
4.    Dalam pembelajaran sebagai implementasi kurikulum  agar lebih bermakna dapat diterapkan berbagai strategi dan pendekatan yang lebih berpusat pada siswa seperti strategi  Quantum learning dan Contextual Teaching and Learning (CTL).
5.   Tugas seorang pendidik untuk membentuk peserta didik yang beriman dan bertaqwa, serta berakhlak mulia bukan hanya menjadi tanggung jawab para guru di sekolah/madrasah, tetapi juga komponen sekolah/madrasah lainnya termasuk keluarga dan lingkungan.
B.  Rekomendasi/Saran
1.               Pemerintah perlu menyiapkan, merancang, serta menyusun kurikulum sekolah secara lebih sistematis, terarah dan terukur sehingga implementasi kurikulum tersebut tidak terkesan tambal sulam atau bahkan memunculkan kesan ganti pemerintahan ganti kurikulum.

2.      Dalam mengimplementasikan Kurikulum secara baik perlu diimbangi dengan sikap profesionalisme semua perangkat SDM yang ada di sekolah mulai dari Kepala sekolah dan guru sehingga hasilnya dapat berjalan baik dan dirasakan dampaknya terutama oleh siswa.

3.      Perlu adanya kreatifitas dan daya inovasi setiap guru sehingga dapat mewarnai, melengkapi, dan menyempurnakan kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah karena kurikulum tersebut bersifat global sehingga harus diwarnai dengan sistem pembelajaran yang ada di sekolah masing-masing dan menjadi ciri khas keunggulan sekolah itu sendiri.