Aku bukanlah orang yang hebat, tapi aku mau belajar dari orang-orang yang hebat. Aku adalah orang biasa tapi aku ingin menjadi orang yang luar biasa. Dan aku bukanlah orang yang istimewa tapi aku ingin membuat seseorang menjadi istimewa...
Thursday, February 26, 2015
Sunday, February 22, 2015
Thursday, February 19, 2015
Wednesday, February 18, 2015
Tuesday, February 17, 2015
Saturday, February 14, 2015
Super Camp '9
“Maksimalkan Ikhtiar dan Doa Raih Prestasi Gemilang”
Pada hari Rabu dan Kamis tanggal 11 dan 12 Februari 2015, siswa-siswi kelas 6 SDIT Buah Hati mengadakan kegiatan pembelajaran di luar kelas yang disebut dengan Super Camp ‘9.
Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, memotivasi siswa dalam menghadapi ujian, dan melatih siswa untuk hidup mandiri dan disiplin, serta dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan ini diikuti seluruh siswa kelas 6 yang terdiri dari 3 kelas yaitu kelas 6 Usamah, 6 Ja’far, dan 6 Hudzaifah.
1. Pembukaan yang dipimpin oleh Bapak Tohir, SEI sebagai Wakil Kepala Sekolah
2. Training Motivasi
3. Kegiatan Games Edukasi
4. Muhasabah
5. Senam Pagi
6. Kegiatan Games Out Bound
7. Renang
8. Penutupan yang dipimpin oleh Bapak Iwan Marwazie, S.Ag sebagai Kepala Sekolah
Semoga kegiatan ini membawa banyak manfaat dan kesan yang mendalam bagi para siswa, guru, segenap panitia, dan pengisi acara, karena kegiatan ini adalah kegiatan akhir menjelang pelaksanaan ujian nasional di SDIT Buah Hati.
Saturday, February 7, 2015
Tuesday, February 3, 2015
Profesionalisme dan Implementasi Kurikulum
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Guru merupakan komponen pendidikan yang sangat berperan penting
dalam kegiatan belajar mengajar. Kompetensi guru merupakan seperangkat penguasaan
kemampuan yang harus ada dalam diri guru, agar dapat mewujudkan kinerja secara
tepat dan efektif.
Interaksi
antara guru dengan siswa pada dasarnya untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan
yang ada. Pendidik sebagai tenaga yang profesional yang bertugas merencanakan
dan melaksanakan proses pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan, serta
melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai
tujuan pendidikan, dan sekaligus digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan
proses belajar mengajar pada berbagai jenis dan tingkat sekolah. Kurikulum
haruslah dinamis dan terus berkembang untuk menyesuaikan berbagai perkembangan
yang terjadi pada masyarakat dunia dan haruslah menetapkan hasilnya sesuai
dengan yang diharapkan.
B.
Rumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis
merumuskan permasalahan yang mengangkat:
1. Hal apa saja yang dilakukan secara profesional
dalam mengimplementasikan pengembangan
kurikulum yang ada di sekolah?
2. Bagaimana cara seseorang bersikap dengan
menggunakan prinsip- prinsip profesionalisme dalam mengimplementasikan
kurikulum kepada peserta didik?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Profesionalisme dan Kurikulum
Pengertian Profesionalisme
Philips
(1991:43) memberikan definisi profesionalisme sebagai individu yang bekerja
sesuai dengan standar moral dan etika yang ditentukan oleh pekerjaan tersebut.
Dari Wikipedia,
Profesionalisme ialah sifat-sifat (kemampuan, kemahiran, cara pelaksanaan
sesuatu dan lain-lain) sebagaimana yang sewajarnya terdapat pada atau dilakukan
oleh seorang profesional.
Jadi Profesionalisme adalah komitmen para profesional
terhadap profesinya. Komitmen tersebut ditunjukkan dengan kebanggaan dirinya
sebagai tenaga profesional, usaha terus-menerus untuk mengembangkan
kemampuan profesional, dan seterusnya. Profesionalisme merupakan komitmen para
anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuannya secara terus menerus.
Kualitas profesionalisme didukung oleh ciri-ciri
sebagai berikut:
1.
Keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang mendekati piawai ideal.
2.
Seseorang
yang memiliki profesionalisme tinggi akan selalu berusaha mewujudkan dirinya
sesuai dengan piawai yang telah ditetapkan. Ia akan mengidentifikasi dirinya
kepada seseorang yang dipandang memiliki kepiawaian tersebut. Yang dimaksud
dengan “piawai ideal” ialah suatu perangkat perilaku yang dipandang
paling sempurna dan dijadikan sebagai rujukan.
3.
Meningkatkan
dan memelihara imej profesi. Profesionalisme yang tinggi ditunjukkan oleh
besarnya keinginan untuk selalu meningkatkan dan memelihara imej profesi
melalui perwujudan perilaku profesional. Perwujudannya dilakukan melalui
berbagai cara misalnya penampilan, cara percakapan, penggunaan bahasa, sikap
tubuh, sikap hidup harian, hubungan dengan individu lainnya.
4.
Keinginan
untuk senantiasa mengejar kesempatan pengembangan profesional yang dapat
meningkatkan dan memperbaiki kualitas pengetahuan dan keterampilannya.
5.
Mengejar
kualitas dan cita-cita dalam profesinya.
6.
Profesionalisme
ditandai dengan kualitas standar rasa bangga akan profesi yang dipegangnya.
Dalam hal ini diharapkan agar seseorang itu memiliki rasa bangga dan percaya
diri akan profesinya.
Pengertian Kurikulum
Menurut Kerr, J.F/1968
Kurikulum adalah semua
pembelajaran yang dirancang dan juga dilaksanakan dengan cara individual atau
bisa juga dengan cara berkelompok, baik itu di luar sekolah maupun di dalam
sekolah sekaligus.
Menurut Beauchamp/1968
Kurikulum adalah
dokumen tertulis yang kandungannya berisi mata pelajaran yang akan diajarkan
kepada peserta didik dengan melalui berbagai mata pelajaran, pilihan disiplin
ilmu, rumusan masalah di dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 dan peraturan pemerintah nomor
19 tahun 2005
menetapkan Pengertian kurikulum sebagai "Seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu”
Dengan kata lain Kurikulum
adalah seperangkat rencana pengajaran yang digunakan guru sebagai pedoman dalam
kegiatan belajar mengajar di sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan.
B. Implementasi
Kurikulum
Dalam
pengimplementasian kurikulum diperlukan komitmen semua pihak yang terlibat, seperti dukungan kepala sekolah, guru, dan
dukungan internal dalam kelas. Peran guru dalam implementasi kurikulum di
sekolah sangat menentukan sekali. Bagaimana pun baiknya sarana dan prasarana
pendidikan, jika guru tidak melaksanakan tugasnya dengan baik maka implementasi
kurikulum tidak akan berhasil secara maksimal. Salah satu bentuk implementasi kurikulum adalah pelaksanaan pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran mengacu pada program pembelajaran
yang disusun oleh guru, di antaranya dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Komponen RPP harus mencakup perencanaan seluruh
kegiatan pelaksanaan pembelajaran berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Oemar Hamalik,
mengatakan bahwa implementasi kurikulum mencakup tiga kegiatan pokok, yaitu
pengembangan program, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi. Pengembangan
program mencakup program pembelajaran, program bimbingan dan konseling atau
remedial. Pelaksanaan pembelajaran meliputi proses interaksi antara peserta
didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku yang lebih baik.
Sementara evaluasi adalah proses penilaian yang dilakukan sepanjang pelaksanaan
kurikulum.
Sejak tahun 2013 Sistem Pendidikan
Nasional menggunakan Kurikulum 2013 sebagai kelanjutan dari Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP). Secara umum Kurikulum 2013 memiliki beberapa
kelebihan, di antaranya memberikan keleluasan kepada stake holder sekolah/madrasah
untuk meningkatkan kreativitasnya, termasuk guru. Keleluasaan tersebut tentunya
memberikan peluang bagi guru untuk menciptakan proses pembelajaran yang lebih
menarik. Peluang ini belum sepenuhnya dimanfaatkan guru. Guru masih terjebak
dalam keasyikan menggunakan metode lama, salah satu yang paling populer adalah metode ceramah. Hal ini tentunya berimplikasi terhadap proses pembelajaran yang monoton
dan cenderung kurang menarik, karena bersifat teoritis dan tidak menyentuh
aspek pembentukan pribadi dan akhlak. Demikian
pula dengan pendekatan pembelajaran yang lebih menekankan pada penguasaan aspek
kognitif seperti hafalan dan pengetahuan. Sementara afektif dan psikomotorik
siswa jarang tersentuh, akibatnya pembelajaran jadi kurang bermakna. Padahal
agama adalah akhlak yang berkaitan dengan sikap, perkataan, dan perilaku
keseharian.
C.
Pendekatan Dalam Implementasi Kurikulum
Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam implementasi kurikulum dapat digunakan dua model pendekatan, yaitu
pendekatan makro dan mikro.
1)
Pendekatan Makro
Model pendekatan makro berupaya untuk menghadirkan proses pembelajaran pendidikan yang
dapat memberikan nuansa yang berbeda dan harapan kolektif semua pihak, baik
sekolah maupun madrasah. Langkah-langkah yang harus ditempuh sebagai
berikut:
a)
Merancang program pembelajaran
Program pembelajaran yang
unggul merupakan bagian dari prinsip, strategi dan tujuan implementasi kurikulum. Melalui pembelajaran
yang unggul, pelaksanaan pendidikan akan tampak sebagai nilai plus guna
melahirkan lulusan terbaik. Pendidikan dilaksanakan
dengan model-model pembelajaran yang mudah
dipahami, dihayati dan dilaksanakan oleh peserta didik.
b) Merumuskan tujuan kurikulum
Untuk mencapai kualitas
penerapan kurikulum , dibutuhkan mindset baru yang memandang memiliki cakupan yang
luas meliputi semua aspek kehidupan manusia. Formulasi dapat dituangkan dalam
konten dan tujuan di sekolah.
c) Menciptakan sumber belajar
Sumber belajar dapat memanfaatkan lingkungan, fenomena
dan kejadian alam atau sosial yang nyata dan
kontekstual sebagai materi pendidikan. Dengan memanfaatkan konteks dan fenomena
yang nyata, siswa dapat dengan mudah mengaplikasikan pengetahuannya secara
nyata dalam kehidupan.
2)
Pendekatan Mikro
yaitu suatu tahapan secara
praktis dan sistematis yang memperhatikan situasi dan kondisi sumber daya
dukung lembaga pendidikan. Melalui pendekatan mikro ini dimaksudkan agar tujuan
implementasi kurikulum pendidikan di sekolah atau madrasah dapat tercapai secara
terukur dan berhasil secara maksimal. Pendekatan ini meliputi pengembangan
materi, peran guru dan siswa dalam interaksi
pembelajaran.
Selanjutnya bahwa untuk mengimplementasikan kurikulum pendidikan yang baik harus memperhatikan empat pilar belajar menurut Unesco, yaitu
Learning to know, Learning to do, Learning to live
together, dan Learning to be.
Keempat pilar itu menyangkut proses bagaimana peserta didik memperoleh kemampuan belajar; melatih
dan mengembangkan kemampuan berpikir; melatih dan mengembangkan kemampuan memecahkan masalah; dan pusat
pembudayaan nilai, sikap dan kemampuan.
Untuk mencapai kompetensi yang
diharapkan dalam pembelajaran sesuai tujuan yang ditetapkan diperlukan
pembelajaran yang efektif dan bermakna, sebab selama ini proses pembelajaran
dirasakan belum memiliki makna yang berarti kepada peserta didik.
Ada beberapa metode dan strategi pembelajaran yang
bisa diterapkan dalam proses pembelajaran di
sekolah atau madarasah di antaranya:
v Student
Centered Instruction
yaitu pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik, seperti diskusi dalam berbagai variasi, demonstrasi
dan games. Dituntut peran aktif siswa, dan guru sebagai fasilitator.
v Collaborative
Learning
yaitu pembelajaran aktif di mana
siswa dan guru berkolaborasi atau dengan warga sekolah lainnya.
v Cooperative
Learning
yaitu proses pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada peserta didik terlibat langsung dalam pembelajaran
secara berkelompok dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru.
v Self Discovery
Learning
yaitu belajar melalui
penemuan mereka sendiri, melalui observasi dan pengamatan terhadap masalah yang
harus mereka pecahkan.
v Quantum Learning
yaitu strategi
pembelajaran yang melibatkan seluruh komponen diri siswa, dengan pendekatan
individu dan kelompok.
v Contextual Teaching and Learning (CTL)
yaitu strategi yang digunakan untuk membantu peserta didik untuk
memahami makna dan materi pelajaran dengan
mengaitkan mata pelajaran tersebut dengan konteks kehidupan mereka.
Selain
dengan pemilihan dan penggunaan strategi pembelajaran yang tepat sebagai implementasi kurikulum, ada beberapa hal terkait
dengan implementasi tersebut, yaitu :
§ Keteladanan, merupakan upaya kongkrit dalam menanamkan nilai-nilai luhur pendidikan kepada peserta
didik. Secara psikologis anak memang senang meniru; tidak saja yang baik,
tetapi juga yang tidak baik. Perilaku yang ditiru siswa akan terus melekat
sehingga akan menjadi karakter dalam dirinya. Mengingat pentingnya keteladanan,
maka menurut Zakiah Darajat menyebutkan untuk menjadi seorang guru harus
memenuhi syarat: bertakwa kepada Allah, berilmu, sehat jasmani dan
rohani, dan berkelakuan
baik. Guru harus menjadi teladan bagi siswa dan lingkungannya.
§ Peranan Keluarga dan
Masyarakat, tugas pendidikan bukanlah sepenuhnya tanggung jawab
sekolah/madrasah dalam hal ini guru , akan tetapi juga menjadi tanggung jawab
keluarga dan lingkungan masyarakat. Tidak sedikit anak yang mendapat pendidikan
yang baik di sekolah, tetapi karena di rumah atau lingkungannya tidak pernah
ditanamkan nilai-nilai yang baik, maka
anak tersebut menjadi rusak. Oleh karena itu peranan keluarga dan masyarakat
terhadap penanaman nilai-nilai pendidikan terhadap anak sangat dibutuhkan.
§ Pentingnya Evaluasi, evaluasi bukan hanya
dilakukan di sekolah/madrasah
secara formal baik formatif maupun sumatif. Lebih dari itu, evaluasi yang dilakukan oleh lingkungan sosial masyarakat
sangatlah penting. Jika di sekolah siswa dinilai lebih pada nilai akademis,
namun di masyarakat, siswa dinilai akan kesalehan pribadinya yang tercermin
dari sikap dan perilakunya (akhlaq).
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Berdasarkan
uraian di atas, sebagai penutup dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Kurikulum
Pendidikan dijabarkan sebagai pedoman yang digunakan oleh
pendidik untuk membimbing peserta didik ke arah tujuan Pendidikan Nasional secara umum melalui akumulasi sejumlah
pengetahuan, keterampilan dan sikap secara sistematis.
2. Implementasi Kurikulum diwujudkan dalam bentuk proses pembelajaran.
Proses pembelajaran yang dilakukan selama ini masih menemui banyak kendala, di
antaranya guru masih menggunakan strategi dan metode yang konvensional,
sehingga pembelajaran terkesan monoton, dan kurang bermakna.
3. Beberapa pendekatan agar implementasi kurikulum menjadi maksimal, dapat diterapkan di antaranya
dengan pendekatan makro dan mikro dengan melibatkan seluruh stake holder sekolah atau
madrasah.
4. Dalam pembelajaran sebagai implementasi kurikulum agar lebih bermakna dapat diterapkan
berbagai strategi dan pendekatan yang lebih berpusat pada siswa seperti
strategi Quantum learning dan Contextual Teaching and Learning (CTL).
5. Tugas seorang
pendidik untuk membentuk peserta didik yang beriman dan bertaqwa, serta
berakhlak mulia bukan hanya menjadi tanggung jawab para guru di
sekolah/madrasah, tetapi juga komponen sekolah/madrasah lainnya termasuk
keluarga dan lingkungan.
B. Rekomendasi/Saran
1.
Pemerintah perlu menyiapkan,
merancang, serta menyusun kurikulum sekolah secara lebih sistematis, terarah
dan terukur sehingga implementasi kurikulum tersebut tidak terkesan tambal
sulam atau bahkan memunculkan kesan ganti pemerintahan ganti kurikulum.
2.
Dalam mengimplementasikan Kurikulum secara baik perlu diimbangi dengan sikap
profesionalisme semua perangkat SDM yang ada di sekolah mulai dari Kepala
sekolah dan guru sehingga hasilnya dapat berjalan baik dan dirasakan dampaknya
terutama oleh siswa.
3. Perlu
adanya kreatifitas dan daya inovasi setiap guru sehingga dapat mewarnai,
melengkapi, dan menyempurnakan kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah
karena kurikulum tersebut bersifat global sehingga harus diwarnai dengan sistem
pembelajaran yang ada di sekolah masing-masing dan menjadi ciri khas keunggulan
sekolah itu sendiri.
Subscribe to:
Posts (Atom)